Senin, 10 Juni 2013

Sejarah Tahlil

Penulis : KH Muhammad Danial Royyan
Tebal : viii, 72
Penerbit : LTN NU Kendal bekerjasama dengan Pustaka Amanah Kendal
Cetakan : pertama, 17 Februari 2013
Peresensi : Fahroji

Judul Buku : Sejarah Tahlil
Munculnya kembali ideologi dan faham Salafi Wahabi dengan berbagai bentuk organisasinya yang telah menyebar ke tengah masyarakat lintas bangsa dan negara (ideologi transnasional) sekarang ini yang cenderung memusyrikkan dan membid’ahkan amaliah yang sudah ada, maka, mau tidak mau semua hal yang berkaitan dengan amaliah agama harus diketahui lengkap dengan dalil-dalilnya.

Kondisi tersebut telah menimbul keprihatinan di kalangan ulama dan pengurus NU di berbagai wilayah dan cabang, salah satunya PCNU Kendal. KH Muhammad Danial Royyan penulis buku ini yang juga ketua tanfidziyah PCNU Kendal periode 2012-2017 menuangkan kegelisahannya dengan menulis buku Sejarah Tahlil. Tradisi Tahlilan yang merupakan salah satu sasaran tembak bagi kaum salafi wahabi perlu mendapatkan pembelaan agar kaum Nahdliyyin tidak menjadi ragu atas amaliah yang dilakukan secara turun-temurun dan masih berkembang di masyarakat hingga saat ini. 

Buku Sejarah Tahlil yang dicetak dalam ukuran saku tersebut memaparkan bagaimana tradisi bacaan Tahlil sebagaimana yang dilakukan kaum muslimin sekarang ini tidak terdapat secara khusus pada zaman nabi Muhammad SAW dan para sahabatnya. Tetapi tradisi itu mulai ada sejak zaman ulama muta’akhirin sekitar abad sebelas hijriyah yang mereka lakukan berdasarkanistimbath dari Al Qur’an dan Hadits Nabi SAW, lalu mereka menyusun rangkaian bacaan tahlil, mengamalkannya secara rutin dan mengajarkannya kepada kaum muslimin. 

Dalam buku tersebut juga diulas siapa sebenarnya yang pertama kali menyusun rangkaian bacaan tahlil dan mentradisikannya. Menurut penulis buku ini, hal tersebut pernah dibahas dalam forum Bahtsul Masail oleh para kyai Ahli Thariqah. Sebagian mereka berpendapat bahwa yang pertama menyusun tahlil adalah Sayyid Ja’far Al- Barzanji. Sedangkan pendapat yang lain mengatakan bahwa yang menyusun tahlil pertama kali adalah Sayyid Abdullah bin Alwi Al Haddad. 

Dari dua pendapat tersebut, pendapat yang paling kuat tentang siapa penyusun pertama tahlil adalah Imam Sayyid Abdullah bin Alwi Al Haddad. Hal itu didasarkan pada argumentasi bahwa Imam Al- Haddad yang wafat pada tahun 1132 H lebih dahulu daripada Sayyid Ja’far Al – Barzanji yang wafat pada tahun 1177 H. 

Pendapat tersebut diperkuat oleh tulisan Sayyid Alwi bin Ahmad bin Hasan bin Abdullah bin Alwi Al-Haddad dalam syarah Ratib Al Haddad, bahwa kebiasaan imam Abdullah Al Haddad sesudah membaca Ratib adalah bacaan tahlil. Para hadirin yang hadir dalam majlis Imam Al Haddad ikut membaca tahlil secara bersama-sama tidak ada yang saling mendahului sampai dengan 500 kali. 

Disamping mengulas sejarah tahlil, buku setebal 72 hal itu juga membahas argumentasi tahlil dan pahala bacaanya yang diyakini bisa sampai kepada mayyit. Pada bab-bab berikutnya penulis juga mengupas tentang talqin dan ziarah kubur lengkap dengan pengertian, tatacara dan argumentasi pelaksanaannya. Buku ini wajib dibaca oleh warga Nahdliyyin di Kendal karena memang diterbitkan dalam rangka penggalian dana NU Kendal dan menggantikan model penggalian dana dengan lewat stiker. Sungguhpun demikian buku ini juga perlu dibaca oleh warga NU dimana saja berada. 

Peresensi adalah kontributor NU Online Kendal 











Rabu, 13 Maret 2013

DASYATNYA BAHAYA KEMUNAFIKAN (ANNIFAQ)

Oleh: Wahyudin, M.Pd.I
(Dosen Bahasa Arab IAIN Syekh Nurjati Cirebon) 



Untaian Puji dipersembahkan kepada Dzat yang Mahasuci, Allah Rubul Izzati yang tak pernah berhenti membelikan rizi pada seluruh abdi-Nya. Syukur kita persembahkan kepada Sang Penguasa jagat raya yang tak pernah bosan menaburkan kasih saying-Nya kepada makhluknya yang bersyukur. Sholawat dan salam ta’dzim semoga selalu tercurahkan kepada Nbi terakhir dan pilihan-Nya Nabi Muhammad saw., untuk mengawali tulisan ini, penulis menyampaikan sebuah puisi sederhana berikuti ini:


Tanah tak terasa dipijak,
pandangan mata gelap dan hati mengeras..
itulah yang terjadi ketika ego menguasai hati,
dia tidak memberikan ruang sedikitpun kepada rasa cinta dan kasih sayang, untuk berlabuh.


Hanya sesaat saja…
bagaikan kemarau setahun dihapus hujan sehari.
Kasih sayang yang dibina dengan ketulusan tidak dianggap dan lenyap begitu saja.


Hujatan, makian keluar dari mulut tanpa henti,
ketidakpuasan, kelemahan menjadi senjata untuk saling memaki dan memaki. Kemanakah hatinurani itu pergi,
dan mengapa emosi dan ego itu menguasai…?


Hati memang cinta dan terkadang mulut tak dikontrol menjadi pemicunya… keinginan untuk menjadikan keadaan lebih baik dan membuat orang berubah menjadikan mulut tidak terkontrol.
Semua merasa tersakiti…
Ketika disadari perubahan itu mesti dimulainya bukan untuk diinginkan saja


Mari kita merenung sesaat petikan puisi tersebut, ditengah-tengah kesibukan akitifitas dan pekerjaan rutin kita. siapa kita sebenarnya? apa yang telah kita lakukan selama melanjalani kehidupan ini? adakah manfaat yang dirasakan orang lain dari apa yang kita lakukan? sudahkah kita melaksanakan apa yang selama ini kita katakan, berapa banyak janji yang kita ucapkan dan sejauhmana kita mampu menepatinya?


Beberapa pertanyaan di atas, hanyalah sebuah renungan untuk mengintropeksi diri kita. terkadang kita selalu melihat suatu kesalahan, kekeliruan dan kekurangan selalu datang dari orang lain. padahal boleh jadi kita saat ini lebih bedjat dari orang selama ini kita cibir. lebih nista dari orang yang selama ini kita anggap pembohong. bahkan lebih membahayakan dari binatang yang paling buas dan penyakit yang mematikan, astagfirullah wa na’udzubilahi min dzalik.


Manusia adalah mahluk Allah yang memiliki bentuk ideal (ahsanutaqwim), tetapi juga bisa menjadi makhluk yang sangat rendah (asfalasafilin). hal ini disebabkan karena ulah manusia itu sendiri. ada berbagai penyakit yang menyerang qolb manusia yang menjadikan manusia sangat rendah dihadapan Allah SWT., diantaranya adalah kemunafikan.


Kemunafikan dalam diri manusia bisa datang kapan dan dimanapun manusia itu berada. tidak ada jaminan status sosial seseorang akan terbebas sifat dan penyakit ini. ada tiga tanda kemunafikan yang ada pada diri manusia seperti yang terdapat dalam hadits Nabi SAW yang diriwayatkan oleh Imam Bukhari dan Muslim dari abu hurairah antara lain: 1). Apabila ia berbicara berdusta. 2). Apabila berjanji ingkar dan 3). apabila dipercaya khianat. Andaikan satu poin saja ada pada diri kita segeralah bertaubat dan minta perlindung Allah agar terbebas dari penyakit ini.


Kenapa Kemunafikan (Annifaq) sangat berbahaya ?


Nifaq adalah penyakit yang berbahaya dan membinasakan. Orang yang telah terserang penyakit ini (المنافق) tidak mungkin mendapatkan keberuntungan selamanya, kecuali jika bertaubat. Di dalam hati mereka terdapat penyakit dan Allah menambah lagi penyakitnya itu, karena mereka adalah pendusta. Munafik adalah sebutan untuk orang yang menyembunyikan kekufuran dengan menampilkan keislaman. Mereka sengaja melakukan tindakan demikian sebab ingin agar mereka diakui di tengah masyarakat Islam, dan dapat hidup aman dalam kekufurannya.


Itulah munafiqin, penjual akhirat dengan kesenangan sesaat di dunia. Allah telah membongkar kedok dan isi hati mereka, bahwasanya mereka adalah orang yang benci terhadap apa yang diturunkan oleh Allah sehingga perbuatan baik yang mereka tampakkan tidaklah bermakna, lenyap hilang begitu saja di hadapan Allah. Sebagaimana firman-Nya


“Yang demikian itu adalah karena sesungguhnya mereka benci kepada apa yang diturunkan Allah (al-Qur’an) lalu Allah menghapuskan (pahala-pahala) amal-amal mereka.” (Muhammad:9)


Berdusta dalam setiap ucapan, mengkhianati janji, curang di dalam perdebatan, tidak mau bersikap inshaf (adil), senang dengan penyelewengan dan enggan terhadap ayat adalah sebagian sifat mereka.


Kalau di ajak melakukan kebaikan mereka lari, ketika melihat harta dan gemerlap dunia mereka berkerumun, tidak memegang sumpah, tidak mensyukuri nikmat dan di dadanya menyimpan kekufuran. Hati mereka gelap dan hitam pekat, tidak ada cahaya Islam dan tauhid, bahkan terselimuti kesyirikan, kekufuran dan kemaksiatan. Selalu menuruti hawa nafsu dan syahwat, enggan berbuat taat kepada Allah dan RasulNya, bahkan justru membelakanginya. bahayanya adalah bisa memecah belah perstuan kaum muslimin serta akan mendapatkan adzab dari Allah berupa neraka yang paling bawah dan dasyat panasnya (fi darqilasfal).


Di sini kami akan sampaikan beberapa ciri-ciri orang munafiq selain yang telah disebutkan dalam hadits imam Bukhori dan imam Muslim tersebut di atas. bukan untuk diikuti, namun agar jangan sampai sifat-sifat tersebut melekat pada diri kita. Sebagaimana yang sering diungkapkan, bahwa kita mengetahui keburukan bukan untuk dikerjakan, namun agar dapat berhati-hati, barangsiapa tidak mengatahui keburukan, maka sangat mungkin akan terjerumus ke dalamnya.


Pertama : Berdusta


Dusta adalah sifat yang paling dominan dari seorang munafik, dan kedustaan terbesar adalah mengatakan keimanan, padahal hatinya ingkar. Ahlun nifaq selalu identik dengan kedustaan yang senantiasa melekat pada mereka, di mana pun berada dalam setiap gerak dan diamnya. Allah SWT., telah berfirman:
“Apabila orang-orang munafik datang kepadamu, mereka berkata, “Kami mengakui, bahwa sesungguhnya kamu benar-benar Rasul Allah”. Dan Allah mengetahui, bahwa sesungguhnya kamu benar-benar Rasul-Nya; dan Allah mengetahui, bahwa sesungguhnya orang-orang munafik itu benar-benar orang pendusta.” (al-Munafiqun:1)


Setiap muslim yang suka berdusta berarti telah terkena virus kemunafikan, maka hendaklah segera mengobati penyakit ini dan menjauh sejauh-jauhnya. Seorang salaf mengatakan, “Termasuk dosa terbesar adalah lisan yang banyak berdusta (al-lisan al kadzub).


Kedua ; Membuat Kerusakan di Bumi


Setiap kali mereka membuat kerusakan di muka bumi, mereka menyangka telah melakukan perbaikan. Allah swt telah memberitahukan tentang mereka melalui firman Nya: “Dan bila dikatakan kepada mereka, “Janganlah kamu membuat kerusakan di muka bumi”. Mereka menjawab, “Sesungguhnya kami orang-orang yang mengadakan perbaikan”. Ingatlah, sesungguhnya mereka itulah orang-orang yang membuat kerusakan, tetapi mereka tidak sadar.” (al-Baqarah:11-12)


Kerusakan orang munafik yang paling mendasar adalah mendahulukan akal dan hawa nafsu daripada syariat Allah. Mereka menyangka sedang memperbaiki atau meluruskan apa yang dibawa oleh Rasulullah saw. Mereka mengutak atik ayat dan hadits beserta pemahamannya dengan alasan penyegaran dan pembaharuan, dan fenomena ini akan terus berkembang dari masa ke masa. Jadi yang mereka maksudkan dengan ishlah (perbaikan) adalah segala yang mengikuti akal dan pendapat mereka, bukan Syariat Islam.


Satu contoh yang paling mudah kita temukan, dengan mengatasnamakan kemajuan Islam kaum munafikin berusaha memodernkan pemahaman tentang Islam. Berbagai ayat dan hadis mereka ta’wil dengan sebuah sistem baru yang bernama hermeneutik. Akibatnya, ajaran-ajaran yang dibakukan di dalam al-Qur’an dan hadis dirombak dengan nama dekonstruksi.


Ketiga : Merendahkan Orang yang Berpegang dengan Syari’at Islam


Ini adalah sifat yang sangat klasik dan terus ada hingga kini, para munafiqin sangat benci terhadap orang yang berpegang teguh dengan syari’at Islam. Mereka beranggapan, bahwa tunduk terhadap syariat adalah kedunguan, kebodohan, kemunduran, keterbalakangan dan kehinaan. Allah SWT., berfirman :
“Apabila dikatakan kepada mereka, “Berimanlah kamu sebagaimana orang-orang lain telah beriman. Mereka menjawab, “Akan berimankah kami sebagaimana orang-orang bodoh itu telah beriman”. Ingatlah, sesungguhnya merekalah orang-orang yang bodoh, tetapi mereka tidak tahu.” (al-Baqarah:13)


Semoga materi diatas sebagai refleksi dan hikmah bagi kita semua, apapun profesinya, selama dia muslim, maka harus berupaya menghindari sifat-sifat munafik tersebut dalam kehidupan sehari-hari, agar kita senantiasa mendapat jaminan hidup dan sukses baik dunia maupun akhirat, serta mau mempelajari Islam, untuk mengetahuinya secara kaffah. tegasnya Allah SWT., menjelaskan, bahwa orang munafik sebenarnya mengetahui yang benar namun tidak mau menjalankan ajaran Islam dalam kehidupannya.Wallahu’alam bishowab..